Dalam dunia seni selalu mengalami perkembangan kedepannya tanpas batas sama sekali, setiap seniman bebas mengekspresikan apa yang ada di dalam kepala di implementasikan menjadi karya seni yang nyata. Dalam acara Martell Contemporary Art exibition, kuningan City pada awal tahun lalu menjadi ajang pamer ide yang di usung oleh para seniman kreatif.
Banyak karya-karya unik yang diperlihatkan diantaranya adalah karya dari salah satu seniman Indonesia yaitu Edwin Raharjo yang kebanyakan koleksi karya yang ditampilkan adalah kinetic art, berawal dari kecintaannya terhadap Mekanik yang berlanjut ia jadikan sebagai objek seni sehingga jadilah karya seni seperti yang diperlihatkan dalam pameran tersebut. Tema yang ia usung Light Rytm dengan ukuran 185 x 63 x 45 memakai mixed media. Selain itu juga ada karya lainnya yang ia beri judul Floating Fleets berukuran 108 x 42 x 28 cm.
Dengan konsep gerak yang diusung oleh tiap karya yang diciptakan edwin membuktikan bahwa teknologi tak selalu menjadi peredup dari pijar seni, justru dengan penggabungan dua unsur tersebut mampu mengangkat seni ketempat yang lebih kekinian. Untuk mendalami seni kinetic, ia mengambil jurusan yang berbeda-berbeda desain interior, arsitektur dan fotografi juga berbekal pengalamanya belajar di tiga negara inggris, Belanda dan Amerika Serikat dengan para seniman yang juga mengandalkan gerak pada karyanya.
Kinetik adalah satu media yang menjadi angin segar pada dunia seni karna genre ini terbilang baru, yaitu menggabungkan antara bentuk tiga dimensi dan prinsip mekanika. Pada dasarnya dari segi bentuk sebenarnya sama saja menggunakan patung yang berbahan kayu, akrilik, dan logam yang kemudian dibuat bergerak dengan mesin yang diletakan pada bagian tertentu yang sesuai dengan konsep sang seniman. Sebagai salah satu orang yang mempelopori kinetic art di Indonesia, Edwin memiliki gallery seni kinetic yang terletak di kemang, Jakarta Selatan.
Kinetic art merupakan cabang seni rupa yang “mencampur adukan” keindahan seni dan gerak mesin. Seni ini sudah di kembangkan sedemikan rupa oleh infrastruktur seni di negara-negara maju, Lewat kegiatan umum seperti penelitian, pameran, dan pengoleksian oleh museum. Ia amat menyayangkan jika antusiasme masyarakat di Indonesia amat rendah pada seni kinetic ini.
Banyak karya-karya unik yang diperlihatkan diantaranya adalah karya dari salah satu seniman Indonesia yaitu Edwin Raharjo yang kebanyakan koleksi karya yang ditampilkan adalah kinetic art, berawal dari kecintaannya terhadap Mekanik yang berlanjut ia jadikan sebagai objek seni sehingga jadilah karya seni seperti yang diperlihatkan dalam pameran tersebut. Tema yang ia usung Light Rytm dengan ukuran 185 x 63 x 45 memakai mixed media. Selain itu juga ada karya lainnya yang ia beri judul Floating Fleets berukuran 108 x 42 x 28 cm.
Dengan konsep gerak yang diusung oleh tiap karya yang diciptakan edwin membuktikan bahwa teknologi tak selalu menjadi peredup dari pijar seni, justru dengan penggabungan dua unsur tersebut mampu mengangkat seni ketempat yang lebih kekinian. Untuk mendalami seni kinetic, ia mengambil jurusan yang berbeda-berbeda desain interior, arsitektur dan fotografi juga berbekal pengalamanya belajar di tiga negara inggris, Belanda dan Amerika Serikat dengan para seniman yang juga mengandalkan gerak pada karyanya.
Kinetik adalah satu media yang menjadi angin segar pada dunia seni karna genre ini terbilang baru, yaitu menggabungkan antara bentuk tiga dimensi dan prinsip mekanika. Pada dasarnya dari segi bentuk sebenarnya sama saja menggunakan patung yang berbahan kayu, akrilik, dan logam yang kemudian dibuat bergerak dengan mesin yang diletakan pada bagian tertentu yang sesuai dengan konsep sang seniman. Sebagai salah satu orang yang mempelopori kinetic art di Indonesia, Edwin memiliki gallery seni kinetic yang terletak di kemang, Jakarta Selatan.
Kinetic art merupakan cabang seni rupa yang “mencampur adukan” keindahan seni dan gerak mesin. Seni ini sudah di kembangkan sedemikan rupa oleh infrastruktur seni di negara-negara maju, Lewat kegiatan umum seperti penelitian, pameran, dan pengoleksian oleh museum. Ia amat menyayangkan jika antusiasme masyarakat di Indonesia amat rendah pada seni kinetic ini.